PAWAI BUDAYA PROGRAM ORIENTASI MAHASISWA BARU UKSW 2010

14 November 2010

Sebenernya saya buka mahasiswa UKSW (Universitas Satya Wacana) Salatiga. Tapi berhubung ada kesempatan untuk melihat fesbud ini, akhirnya saya iseng ikutan nongkrong sambil jepret-jepret saja

Memasuki tahun penyelenggaran kedua, festival budaya diselenggarakan Hari Sabtu, 25 September 2010, pada pukul 10.00 wib. (wew udah gak aktual bgt ya^^)

Tahun ini Pawai Budaya akan mengangkat tema utama, “JAYALAH INDONESIAKU!!!”, yang berarti mengangkat kembali kejayaan Indonesia yang akan menjadi inspirasi fashion dunia.



Pawai Budaya Program Orientasi Mahasiswa Baru 2010 dipresentasikan dengan catwalk sepanjang 2,5 KM. Dengan penataan musik jalan yang selalu membawa penonton untuk menari dan berjoget bersama. Seluruh sub tema yang akan ditampilkan merupakan cerminan perbedaan yang ada di Salatiga yang memiliki kampus terbesar dan terbaik yaitu Universitas Kristen Satya Wacana yang mendapatkan julukan sebagai Indonesia Mini. Dengan mengambil sub tema :

- GARUDA INDONESIA : Sebagai lambang negara Indonesia, maka Pawai Budaya Program Orientasi Mahasiswa Baru 2010 mecoba mengimplementasikan serta mempresentasikan dalam bentuk kostum fashion carnival. Dengan mengambil warna merah, putih, coklat, dan keemasan menjadi ciri utama dalam kostum fashion karnaval nantinya.




- FIRE : Diambil dalam logo Universitas Kriten Satya Wacan yang berupa Api dengan 7 buah nyala api memberikan semangat yang membara untuk generasi muda terus berkarya. Dengan mengambil warna Merah, Emas, Orange, dan hitam menjadikan ciri utama dalam fashion karnaval nantinya.



Pawai Budaya pada tahun ini melibatkan 1500 Mahasiswa Baru yang akan menampilkan tarian massal rainbow flag, tarian massal etnis, replika fakultas di UKSW, grup-grup Drumband SD-SMP se-Kota Salatiga, replika Fakultas di UKSW, serta Produk Unggulan UKSW. Dan yang pasti akan menampilkan lebih dari 300 orang dalam Fashion Catwalk Carnival.




yang asik dari acara ini adalah saat pembukaan, ujan deresss banget. alhasil ada penampil yang tetep tampil sambil ujan-ujan, ada yang lari tunggang langgan pake kostum yang berat bgt.. sampai di lapangan kota, (tempat finish carnaval) banyak banget deh yang pingsan..







over all acara ini keren bgt ^^b



sumber: http://www.kulone.com/ID/Event/1100162-PAWAI-BUDAYA-PROGRAM-ORIENTASI-MAHASISWA-BARU-2010

MEDIA MASSA SEBAGAI MEDIA YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KONSUMERISME MASYARAKAT

Media yang dapat kita temui di mana saja seringkali menempatkan kita sebagai konsumen yang mau tidak mau harus mengkonsumsi media dalam jumlah yang besar untuk mengetahui segala perubahan atau perkembangan yang ada. Radio, koran, televisi, dan internet, masing-masing memiliki pengaruh yang berdampak pada budaya konsumen. Dampak yang ditimbulkan tidak selalu negatif, tetapi juga tidak sepenuhnya positif. Sebelum kita membahas peran media dalam budaya konsumen, kita akan membahas beberapa peran media massa dan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap komsumen dengan lebih terperinci
Peran media yang begitu luas dapat dikelompokkan menjadi enam perspektif (McQuail: 2000). Peran tersebut antara lain:
• Media dianggap sebagai jendela yang memungkinkan masyarakat melihat segala kejadian yang ada di dunia luar. Media memberikan informasi yang bersifat edukatif maupun menghibur
• Media sebagai cerminan berbagai peristiwa sosial di dunia, dan merefleksikannya dengan apa adanya. Misalnya film layar lebar menampilkan cerita dimana kisahnya diambil dari kisah nyata. Pesan yang disampaikan film tersebut akan lebih mengena pada masyarakat.
• Media berperan sebagai penyaring (filter) atau gatekeeper, menyaring hal-hal yang dapat dikonsumsi publik atau tidak, media berusaha memberikan informasi yang positif dan konstruktif bagi masyarakatnya.
• Media bertindak sebagai petunjuk jalan, membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan memperkecil adanya ketidakpastian. Kejadian yang beritanya masih simpang siur akan dipastikan kebenarannya oleh media massa. Media massa memberikan informasi yang akurat dan selalu diperbarahui
• Media sebagai forum untuk menyalurkan berbagai pendapat dan ide dari dan untuk masyarakat. Masyarakat dapat menyalurkan ide melalui surat pembaca di surat kabar, melalui telepon interkatif di radio maupun televisi, dan melalui forum di internet.
• Media sebagai interluctor, tidak hanya tempat lalu lalangnya informasi tapi juga merupakan partner komunikasi yang memungkinkann terjadinya komunikasi yang interaktif. Peran media sebagai forum tempat bertukarnya ide atau pendapat memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan orang banyak baik yang jaraknya jauh atau dekat dengan kita.
Peran media yang begitu besar membuat kita tidak dapat lepas dari media. Rasa ingin tahu kita akan suatu hal mempengaruhi tingginya tingkat konsumsi kita. Setiap orang memiliki perilaku konsumtif yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain:
• Faktor budaya
Nilai-nilai, keyakinan, aturan, dan norma yang ada di dalam masyarakat mempengaruhi sikap dan tindakan masyarakat dalam lingkungan tersebut. Terjadinya asimilasi budaya dan difusi budaya menyebabkan terjadinya perubahan budaya. Disinilah norma-norma budaya yang ada dipakai sebagai acuan untuk menentukkan perubahan mana yang dapat kita ikuti dan perubahan mana yang tidak dapat kita ikuti.
• Faktor sosial
Kita hidup dalam banyak kelompok yang memberikan banyak alternative pilihan dalam membuat suatu keputusan. Kelompok-kelompok tersebut memiliki peraturan yang dapat mempengaruhi sikap kita. Norma-norma yang ditegaskan dalam kelompok berusaha mempengaruhi anggota kelompoknya. Sebuah media tidak sepenuhnya menginformasikan berita sama persis dengan media lain, bisa saja informasi yang didapat oleh setiap anggota berbeda dan menyebabkan ketidakpastian. Dengan berinteraksi dalam kelompok, informasi yang didapat masing-masing anggota dipersepsikan pada sebuah keputusan yang sama dalam kelompok tersebut
• Faktor pribadi
Keputusan seseorang dalam mengkonsumsi suatu produk atau kebiasaan juga dipengarui oleh karakteristik pribadi seseorang. Usia, pekerjaan, kehidupan eknomi, gaya hidup, gengsi, dan konsep diri yang berbeda pada setiap orang menyebabkan bedanya persepsi tiap orang akan informasi yang didapat dari media. Masyarakat bukan hanya sebagai sasaran penjualan produk, namun masyarakat juga berperan sebagai pelaku yang memiliki kriteria tersendiri bagi pilihannya.
• Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang dalam hubungannya dengan budaya konsumen adalah motivasi, persepsi, pengetahuan, dan kepercayaan. Kebutuhan kebutuhan manusia yang tidak terbatas menimbulkan motivasi manusia untuk mendapatkannya Kepercayaan yang dianut orang membuat orang berperilaku konsumtif sesuai dengan norma yang sesuai dengan kepercayaannya.
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat konsumtif. Sebagai negara berkembang di era globalisasi, banyak media-media baru yang masuk ke Indonesia. Media yang berperan dalam budaya konsumen dapat kita bagi menjadi empat jenis, yaitu radio, media cetak, televisi, dan internet.
Radio adalah media massa yang pada jaman sekarang ini sudah jarang digunakan banyak orang. Walaupun sekarang kita dapat menjangkau saluran radio di luar negeri, nampaknya radio memiliki banyak kelemahan dibandingkan dengan media massa yang lain. Radio sebagai media audio-nonvisual memang sudah dianggap kuno. Kita hanya dapat mendengarkan suara dan kita harus memvisualisasikannya sendiri. Iklan-iklan yang terdapat pada radio juga cenderung tidak menarik dan tidak banyak kita temui. Iklan di radio mudah terlupakan, karena dalam mendengarakan radio orang harus memusatkan perhatiannya pada radio itu sendiri. Padahal kita sering mendengarkan radio bersamaan dengan melakukan suatu hal, dimana kita lebih terpusat pada hal tersebut. Radio bukanlah media yang tepat untuk berpromosi, bisa dikatakan peran radio dalam budaya konsumen tidak terlalu besar. Peran radio yang paling menonjol adalah konsumsi masyarakat akan pengetahuan tentang musik. Banyaknya penyanyi-penyanyi yang muncul belakangan ini membuat radio kembali mendapatkan perhatian di masyarakat walaupun masih kalah dengan televisi). Keunggulan dari radio adalah acara musik di televise yang cenderung lebih sedikit daripada di radio. Radio memberikan pengetahuan akan dunia musik kepada masyarakat.
Media cetak seperti koran dan majalah merupakan media massa yang sarat akan informasi, baik ekonomi, bisnis, politik, budaya, hiburan, dan lain-lain. Dengan membaca koran, kita akan mendapat banyak pengetahuan dalam sekali duduk. Koran dan majalah sebagai media memiliki banyak pengaruh bagi budaya konsumen. Berita yang kita baca di media cetak akan menciptakan persepsi kita akan suatu hal. Misalnya artikel koran yang mengusut efek samping dari makanan instant akan mengubah pola pemikiran masyarakat untuk tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan instan. Iklan yang ada pada koran juga membuat kita lebih hafal akan suatu produk. Iklan handphone yang ada di banyak media cetak membuat kita berpikir lebih panjang jika ingin membeli HP. Kita akan cenderung membeli produk yang sering kita lihat, karena kita seperti sudah mengenal barang tersebut dan mudah untuk mengoperasikannya. Banyaknya iklan yang ada mendorong orang untuk hidup konsumtif, karena setiap produk yang diiklankan memiliki keunggulan tersendiri. Perkembangan fashion yang ditampilkan pada majalah remaja juga menyebabkan tingginya budaya konsumsi. Remaja berusaha untuk tampil update. Tak jarang mereka harus mengeluarkan biaya besar untuk membeli baju dan make up. Remaja sekarang berusaha tampil cantik dan tamapn seperti model-model yang ada di majalah.
Televisi merupakan kotak ajaib yang diciptakan manusia di abad 20. Media audio visual ini memungkinkan kita untuk mendapatkan informasi baik berita maupun hiburan 24 jam nonstop. Televisi merupakan media yang paling berpengaruh bagi budaya konsumen. Anak-anak merupakan sasaran empuk yang rajin menonton tv. Survei Unicef menyebutkan anak Indonesia menonton televisi sebanyak lima jam sehari atau 1.560 hingga 1.820 setahun. Sementara jumlah jam belajar tak lebih dari 1.000 jam setahun. Ketika sudah menginjak bangku SMP, seorang anak rata-rata sudah menyaksikan siaran televisi selama 15.000 jam. Padahal, waktu belajar di sekolah tak lebih dari 11.000 jam. Selain tayangan anak-anak, tayangan yang mendapat respon tinggi dari pemirsa adalah sinetron dan reality show atau semacamnya. Reality show dipandang masyarakat sebagai sebuah hal yang benar-benar terjadi dalam masyarakat, padahal kebanyakan dari reality show adalah keadaan yang didramatisir dan dibuat-buat. Apa yang dialami “artis” dalan reality show tertera dalam naskah. Kekerasan yang ditampilkan dalam sinetron dan reality show (bahkan reality show biasa mengungkap gaya hidup yang terlalu bebas) seolah-olah merupakan kejadian yang biasa terjadi di masyarakat. Ini akan menimbulkan salah persepsi pada masyarakat awam. Mereka mengira bahwa budaya pergaulan bebas merupakan hal yang lumrah di Indonesia, banyak masyarakat yang mengadopsi perilaku ini dalam kehidupan yang sebenarnya. Banyak juga masyarakat yang mengimitasi sikap artis sinetron idola mereka. Seharusnya masyarakat mengimbangi konsumsi mereka menonton sinetron dengan menonton berita juga.
Selain acara di televisi, iklan-iklan yang ada di televisi juga mempengaruhi budaya konsumen. Sudah tidak terhitung lagi berapa banyak iklan yang ada di televisi. Dulu kita hanya mengenal Viva sebagai produk tat arias, namun sekarang sudah banyak sekali bermacam-macam produk yang lebih menarik dari Viva. Setiap hari ada saja produk baru yang ditampilkan di Iklan. Orang yang tidak memiliki kepribadian dan mudah terpengaruh cenderung menjadi orang yang konsumtif. Mereka akan mencoba segala macam produk yang terbaru, karena mereka tidak ingin ketinggalan jaman. HP model terbaru, pakaian modis, sikap yang sok keartisan, menunjukkan betapa televisi mampu berpengaruh pada budaya konsumen dan mengubah seseorang.
Media yang terakhir adalah internet. Internet mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1990an. Internet berkembang sangat pesat dan bisa dikatakan perkembangan internet lebih tinggi dibandingkan media massa lainnya. internet merupakan “guru” yang paling sering dicari dalam mengakses segala macam informasi, baik untuk edukasi maupun hiburan. Tahun 1989, Timothy Berners-Lee, ahli komputer dari Inggris menciptakan World Wide Web, yaitu semacam program yang memungkinkan suara, gambar, film, musik ditampilkan dalam internet. Karena penemuan inilah internet menjadi lebih menarik tampilannya dan sangat bervariasi. Saat ini orang yang berada dirumah pun bisa terhubung ke internet dengan menggunakan modem dan jaringan telepon, bahkan internet tersedia dalam genggaman kita, yaitu di HP. Selain itu, Internet banyak digunakan oleh perusahaan, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, lembaga militer di seluruh dunia untuk memberikan informasi kepada masyarakat.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Centre for the Digital Future terhadap remaja 12-14 tahun di 13 negara, data menyebutkan bahwa di Inggris 100% remaja pada usia tersebut menggunakan internet, di Israel 98%, Republik Ceko dan Macao tercatat 96%, sedangkan AS hanya sekitar 88%.
Situs yang banyak digandrungi oleh pemakai internet adalah situs jejaring sosial seperti facebook dan twitter. Facebook merupakan jaringan pertemanan yang paling popular sekarang ini. Melalui facebook kita akan mendapat banyak teman baru atau bertemu dengan teman lama. Baik melalui computer atau HP, orang ramai-ramai “memamerkan” kegiatnnya di facebook ketika mereka mengupdate status mereka. Setiap perubahan hal kecil mereka tunjukkan lewat status, seolah-olah sudah menjadi bagian dari diri kita. Bangun tidur kita buka facebook, di sekolah, kampus, kantor, di mana-mana kita mengakses facebook. Facebook sudah menjadi budaya tersendiri di masyarakat. Selain itu internet juga berperan sebagai sumber pengetahuan yang dianggap paling lengkap. Internet sebagai sumber ilmu tidak hanya dianggap positif tapi juga membawa dampak negatif. Internet membuat orang malas membaca koran dan malas membaca buku. Orang lebih suka membaca berita di internet, mencari jawaban tugas di internet dan lain-lain. Budaya membaca koran dan buku akan menurun setiap harinya. Internet juga merupakan tempat yang mudah untuk melakukan aksi pembajakan, yang paling sering adalah pembajakan musik. Kita dapat dengan mudah mendownload album lagu secara gratis lewat internet. Tentu saja ini merugikan banyak kalangan termasuk penyanyi dan pencipta lagunya. Kita menjadi malas membeli kaset atau CD di toko, tentunya setiap orang lebih memilih barang gratis.
Setiap media memiliki peran yang berbeda-beda bagi budaya konsumsi masyarakat. Radio, media cetak, televise, dan internet memiliki pengaruh yang bersifat postif maupun negatif. Kita sebagai masyarakat harus pintar-pintar memilih manfaat apa yang kita dapat dari media dan tidak mengambil sisi buruk dari media tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Sutisna. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. 2003. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sutherland, Max dan Alice K. Sylvester. Advertising and The Mind of The Consumer (Iklan yang Berhasil, yang Gagal, dan Penyebabnya). 2004. Jakarta: Victory Jaya Abadi.
http://b0cah.org/index.php?option=com_content&task=view&id=702&Itemid=39
http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=88716
http://st288616.sitekno.com/?pg=articles&article=5705
http://warnadunia.com/mengenal-perilaku-konsumen/

OPINI PUBLIK YANG BERUSAHA MENGENDALIKAN MEDIA MASSA

Apa yang kita alami beberapa tahun belakangan ini sebagai timpal balik atas perkembangan dunia teknologi dan komunikasi memudahkan kita untuk dapat menikmati segala sesuatu dengan begitu mudahnya. Media massa memiliki peran yang penting dalam membangun masyarakat. Fungsi media massa adalah sumber segala informasi dan edukasi, sarana hiburan, dan sebagai sarana control sosial. media sebagai kontrol sosial merupakan sebuah upaya mendorong kekuasaan eksekutif, legislative, dan yudikatif agar bermanfaat bagi masyarakat luas, melayani publik, dan berjalan pada jalur yang benar.

Informasi publik merupakan informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan Negara atau penyelenggara dan pemnyelenggaraan badan publik lainnya. Setiap kali muncul berita baru, masyarrakat akan memiliki persepsi pribadi mengenai informasi tersebut. Di dalam ruang publik masyarakat bebas memberikan pendapatnya, melalui surat pembaca, postingan blog, notes, bulletin board, masyarakat saling memberikan argumen satu sama lain memperdebatkan suatu kasus. Misalnya saja pada bencana Tsunami menimbulkan opini bahwa Indonesia yang sedang mengalami krisis ekonomi dan politik, krisis budaya yang mulai merusak moral bangsanya, tsunami datang sebagai tulah dan peringatan dari yang di atas bahwa kita harus memperbaiki kehidupan bangsa, namun beberapa pendapat mengemukakan bahwa fenomena alam seperti itu bisa saja terjadi kapanpun dan dimanapun. Selalu ada opini-opini yang berbeda pada sebuah kasus, dari situ munculah apa yang disebut sebagai opini publik. Opini publik ada untuk memberi tanggapan terhadap kasus-kasus ironis seperti korupsi, politik, budaya, dan lain-lain. Mereka memberikan pendapat atas sebuah kasus yang sedang hangat dibicarakan. Beberapa ahli Sosiologi menjelaskan pengertian opini publik sebagai berikut:
1. Menurut Leonard W. Doob, opini publik merupakan sikap orang-orang mengenai suatu soal, di mana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama, dimana yang membentuk opini publik adalah sikap yang ditentukan oleh pengalaman pribadi atau kelompok.
2. Menurut Kruger Reckless, opini publik adalah penjelmaan dari pertimbangan seseorang tentang sesuatu hal, kejadian atau pikiran yang telah diterima sebagai pikiran umum. Opini publik bersifat relative, dapat benar dan dapat juga salah, akan tetapi oleh kebanyakan orang dianggap sebagai kebenaran.
3. Menurut Lawrence Lowall, opini publik bukanlah suatu mayoritas pendapat yang dapat dihitung secara numeric, melainkan jumlah mayoritasnya yang efektif.
4. Menurut Wikipedia, opini publik adalah pendapat kelompok masyarakat atau sintesa dari pedapat dan diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak yang memilikkaitan kepentingan. Agregat dari sikap dan kepercayaan ini biasanya dianut oleh populasi orang dewasa. Subyek opini publik adalah masalah baru yang kontroversial dimana unsur-unsur opini publik adalah pernyataan yang kontroversial, mengenai suatu hal yang bertentangan, dan reaksi pertama/gagasan baru.

Opini publik lahir secara alami, terbentuk dari pendapat-pendapat masyarakat melalui media massa. Habermas (1997 : 27) mengungkapkan bahwa tiap-tiap individu berhak dan memiliki hak yang sama untuk masuk ke dalam publik sphere. Tiap-tiap orang pada dasarnya merupakan individu yang privat, bukan sebagai orang yang dengan kepentingan bisnis atau politik tertentu. Adanya jaminan bagi mereka untuk berkumpul dan mengekspresikan ide dan gagasan serta pendapat secara bebas tanpa ada perasaan takut atau tekanan dari pihak manapun. Media massa dianggap sebagai sarana yang mampu mempengaruhi masyarakat dengan cepat. Banyaknya jenis media massa yang ada membuat suatu peristiwa secara mudah dan diterima oleh masyarakat. Selain itu, sekarang semua orang dapat memberikan ide dan pendapatnya melalui media massa. Media massa sebagai publik sphere memberikan tempat gratis bagi masyarakat dari kalangan manapun untuk berbicara, memperbincangan topic-topik yang sedang hangat atau baru-baru saja terjadi.. Ruang publik berfungsi sebagai perantara antara pemerintah dan masyarakatnya. Ruang publik mendukung adanya kebebasan berbicara, kebebasan dari tekanan, dan hak untuk secara bebas berpartisipasi dalam debat politik dan pembuatan keputusan.

Memasuki era demokrasi, dimana media massa cenderung lebih bebas, ruang bagi opini publik mulai melebar. Seperti yang kita ketahui, kebebasan dalam berpendapat tidak lagi dikekang seperti pada jaman pemerintahan Soeharto. Kini masyarakat dari segala kalangan dapat turut serta menyuarakan aspirasinya di dalam ruang publik. UU No. 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik mengharuskan setiap informasi publik bersifat terbuka, transparan, dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik. Opini publik berperan aktif, bersikap kritis terhadap masalah ekonomi, politik, sosial budaya, dan permasalahan-permasalahan lainnya. Opini publik diharapakan juga dapat mewakili dan menampung suara-suara minoritas. Namun apakah masyarakat Indonesia sudah berperan secara aktif dalam era demokrasi ini?

Bayangkan saja bagaimana opini publik yang tercurah dalam media massa menciptakan suatu “spotlight” yang besar pada sebuah kasus. Beberapa waktu yang lalu media massa gencar memberitakan berita Prita Mulyasari, seorang karyawati yang namanya menjadi dikenal publik hanya karena surat emailnya. Setelah kasus Prita, bermunculan kasus-kasus serupa yang mengangkat tema “kesalahan kecil orang-orang kecil”, misalnya saja mbah Minah yang mencuri biji coklat, warga yang mencuri sisa kapuk randu, mencuri pisang dari kebun tetangga, dan lain-lain. Masalah seperti ini tentu saja bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia, namun tidak pernah diekspos secara besar-besaran. Baru setelah kasus Prita dan Mbah Minah, makin luas media memberitakan peristiwa-peristiwa serupa seperti ini. Media massa terus menggembor-gemborkan pemberitaan tersebut sehingga tercipta sebuah pendapat yang sangat kuat. Masyarakat memberikan dukungan-dukungan mereka bagi para “pencuri” melalui banyak media. Mereka berpendapat bahwa kesalahan yang dilakukan merupakan akibat dari khidupan mereka yang serba kekurangan. Akibatnya timbul persepsi pada setiap peristiwa pencurian serupa bahwa pencuri bukanlah pihak yang dapat disalahkan.

Yang dikhawatirkan sekarang adalah bagaimana jika media sebagai sarana opini publik tdak dapat memperlihatkan informasi dengan obyektif. Seperti yang kita tahu banyak sekali kalangan yang mendukung Prita, bahkan orang-orang yang tidak memiliki sangkut paut dengannya turut membantu. Walaupun ini merupakan solidaritas yang bagus, tetapi apakah Prita memang seharusnya benar-benar bebas? Atau karena tuntutan masyarakat yang meminta hukum untuk adil terhadap wong cilik, maka mereka membebaskan Prita. Dengan kata lain Prita bebas karena dukungan dari opini publik.

Lalu bagaimana yang terjadi dengan kasus Bibit Chandra? Kasus Bibit Chandra mulai dikenal banyak masyarakat (khususnya yang bukan penggila politik) sejak dukungan bagi mereka ada di Facebook. Gerakan 1.000.000 dukung Bibit Chandra merupakan gebrakan baru masyarakat yang ingin memberikan pendapatnya di ruang publik. Sampai sekarang sudah lebih dari 1.000.000 orang yang setuju dengan dukungan yang diberikan bagi mereka. Namun apakah mereka benar-benar paham apa yang terjadi dengan Bibit dan Chandra? Apakah mereka memiliki alasan yang kuat untuk ikut mendukung Bibit dan Chandra? Gerakan 1.000.000 dukung Bibit Chandra termasuk dalam grup atau kelompok dalam dunia facebook. Para facebookers dapat dengan mudah, hanya dalam sekali klik dapat join dalam group ini, dan bisa juga menginvite teman-temannya yang lain untuk ikut mendukung. Saya yakin tidak semua “pendukung” Bibit Chandra benar-benar mengikuti kasus yang terjadi pada mereka. Para facebookers yang bisa dikatakan sedang gila-gilanya pada facebook, hanya ikut-ikutan saja supaya terlihat lebih eksis. Di sini media yang dikendalikan oleh masyarakat awam berusaha untuk membentuk sebuah opini publik, sebuah persepsi muncul di kalangan luas bahwa Bibit dan Chandra harus dibela. Sampai sekarang kasus ini belum selesai dan masih dipersidangkan, namun opini publik yang sudah terbentuk menyebabkan banyaknya aksi-aksi demo yang dilakukan oleh masyrakat korban opini publik itu sendiri. Padahal belum terbukti 100% apakah Bibit dan Chandra memang benar-benar bersih dari kasus yang menyeret-nyeret nama KPK tersebut.

Dari contoh kasus di atas saya berpendapat bahwa dengan semakin berkembangnya ilmu teknologi, masyarakat semakin memilik andil dalam mengendalikan media massa. Melalui opini publik yang terbentuk melalui debat-debat publik, media massa diposisikan cenderung mendukung satu pihak dalam menghadapi sebuah kasus. Media menjadi tidak efektif karena semakin ke sini media semakin tidak obyektif dan hanya mengikuti arus opini publik. Parahnya lagi masyarakat Indonesia kebanyakan adalaha masyarakat follower. Masyarakat Indonesia cenderung melebih-lebihkan dalam mengambil sikap atas sebuah masalah. Biasanya orang-orang yang membuat sebuah kasus terlihat berlebihan adalah orang-orang dari golongan follower. Mereka yang hanya ikut-ikutan dengan ke-soktahu-an mereka, mereka, golongan yang paling bersemangat jika diajak demo, golongan yang paling bersemangat untuk menyalahkan salah satu pihak. Sebagai konsekuensinya, media harus mengikuti keinginan publik, karena kalau tidak media tidak akan laku di pasaran. Selain dikuasai oleh masyarakatnya, media juga dapat dikatakan telah menjadi sarana pasar dalam mempromosikan produknya. Kita dapat menyadari banyaknya media yang berkembang lebih cenderung ke arah komersial daripada professional. Fungsi media massa sebagai sarana control sosial patut dipertanyakan kembali, dengan opini publik dan pasar yang semakin menggerus media, akankah media bertahan dalam kebenaran?

Sunarjo, Djoenarsih S. Opini Publik. 1997. Yogyakarta: Liberty Offset Yogyakarta.

http://www.gseis.ucla.edu/faculty/kellner/ (Habermas, the Public Sphere, and Democracy: A Critical Intervention)
http://id.wikipedia.org/wiki/Opini_publik
http://.id.wikisource.org/wiki/Undang-Undang_Republik_Indonesia_Nomor_14_Tahun_2008
http://rezaantonius.multiply.com/journal/item/38

internet bikin males baca koran???

11 November 2010

Kebiasaan membaca adalah kebiasaan yang baik dan harusnya ditanamkan sejak kecil. Yang terjadi di Indonesia dan beberapa Negara lainnya adalah kebiasaan membaca yang belum dianggap terlalu penting. Teknologi dan modernisasi yang semakin maju membuat segalanya menjadi lebih mudah, misalnya saja dalam mencari informasi. Sekarang internet merupakan “guru” yang paling sering dicari dalam mengakses segala macam informasi, baik untuk edukasi maupun hiburan. Tahun 1989, Timothy Berners-Lee, ahli komputer dari Inggris menciptakan World Wide Web, yaitu semacam program yang memungkinkan suara, gambar, film, musik ditampilkan dalam internet. Karena penemuan inilah internet menjadi lebih menarik tampilannya dan sangat bervariasi. Dahulu internet hanya dapat digunakan oleh kalangan tertentu dan dengan komponen tertentu saja. Tetapi saat ini orang yang berada dirumah pun bisa terhubung ke internet dengan menggunakan modem dan jaringan telepon. Selain itu, Internet banyak digunakan oleh perusahaan, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, lembaga militer di seluruh dunia untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Mudahnya masyarakat mengakses internet serta murahnya biaya yang dikeluarkan, membuat masyarakat mulai menggilai internet dan mulai melupakan membaca, terutama membaca koran. Koran dirasa kurang menarik dan terlalu konvensional.

Hasil Survei Media Index yang dilakukan oleh Nielsen Media menunjukkan penetrasi media cetak terhadap 14.000 pembaca di sembilan kota besar di Indonesia semakin menurun sejak tahun 2005. Hasil survei Nielsen menunjukkan bahwa angka pembaca koran semakin menurun secara signifikan, dari perolehan 28% pada kuartal pertama tahun 2005 menjadi hanya 19% pada kuartal kedua tahun 2009. Penurunan yang sama juga terjadi pada media cetak lainnya, yakni majalah dan tabloid. Pada kuartal kedua tahun 2009, perolehan tabloid hanya mencapai 13%. Sementara itu, majalah memperoleh 12 persen. Angka ini menurun jauh dibandingkan perolehan pada kuartal pertama 2005, majalah dan tabloid sama-sama memperoleh 20% dari total populasi. Penurunan angka pembaca media cetak ini memperlihatkan semakin menurunnya minat baca masyarakat.

Tidak hanya Indonesia, penurunan minat membaca juga terjadi di Amerika, terbukti dengan banyaknya koran-koran lokal yang bangkrut, karena masyarakat lebih memilih untuk mencari berita di internet. Hasil survei Pew Research Center, sebuah lembaga survei terkemuka di Amerika Serikat, akhir Desember lalu merupakan peringatan dini. Menurut penelitian itu, 40% warga memperoleh berita nasional dan internasional dari internet. Perkembangan internet naik dari 24% pada survei September 2007.

Banyak negara maju dan berkembang memiliki persoalan yang sama, yaitu kurangnya minat membaca di kalangan masyarakat. Semakin hari keberadaan surat kabar dan majalah semakin tidak diminati. Apalagi dengan hadirnya internet yang dirasa lebih canggih dan menarik. Sebenarnya teknologi bisa menjadi pembantu manusia dalam menyelesaikan berbagai hal. Namun, bisa juga menjadi penghancur manusia. Membuat manusia menjadi malas, manja, dan lain sebagainya. Internet dikhawatirkan akan menggantikan posisi surat kabar, apalagi internet menampilkan aktualisasi berita yang lebih cepat dibandingkan koran. Budaya konsumsi internet yang semakin menjamur akan mengubah cara berpikir masyarakat, mengubah masyarakat untuk berpikir secara praktis namun menjadi cepat lupa akan informasi yang diperolehnya.

DP:
Winarni. Komunikasi Massa. 2003. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
http://forum.brawijaya.ac.id/index.php?action=vthread&forum=3&topic=1672
http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/07/16/16015757/survei.nielsen.pembaca.media.cetak.makin.turun
http://www.mediabolon.com/index.php?option=com_content&view=article&id=945:koran-cetak-akan-tamat-&catid=51:pers&Itemid=141