pamer galeri hihihi..

30 December 2009


take a look.. these are my hobbies..






YANTI (finalis lomba cerpen Suara Merdeka)^^

23 December 2009

Hefh. Akhirnya hari Jumat ini aku putuskan untuk ikut berenang. Sebenarnya sudah lama Bebek (ini nama temanku, nama aslinya sih Irene, nggak tau kenapa bisa dipanggil Bebek, mungkin karena kakinya cuma dua kaya bebek) iya, mungkin sudah berulang kali Bebek mengajakku berenang. Alasanku nggak mau ikut cuma satu: aku nggak bisa berenang. Padahal umurku sudah 18 tahun, dan beberapa minggu sebelum pengumuman kelulusan SMA-ku ini, kuputuskan untuk kembali ke kolam renang setelah 6 tahun lebih kejadian Tita-tenggelam-di-kolam-75cm.
Alat-alat perang: handuk, shampo, conditioner, sabun, sunblock, baju renang pinjam (nggak mungkin juga aku pakai baju renangku pas kelas 5 SD), ban pelampung, tabung oksigen kalau-kalau aku nanti tenggelam. Tapi sepertinya benda terakhir yang bodoh itu nggak perlu dibawa deh (-_-“). LEBAI. Dan ketika Bebek, Edu, Dana, Robit, menjemputku ke rumah dan melongo melihatku, aku putusin nggak jadi bawa benda paling besar dan paling penting buatku: ban pelampung. Pertama, mereka bilang nggak mungkin aku naik motor dengan seat-belt ban pelampung. Kedua, Robit sebagai korban yang mau tidak mau akan memboncengkan aku pasti malu boncengin cewe-berholahop-ban-pelampung-di-perut. Ketiga, di kolam renang sudah pasti banyak ban pelampung.
AND THE WAR IS BEGUN.
K olam renang “Muncul Gembira”. Kolam paling dangkal 1 M. Terus 1,5 M, 2M, dan 3M. Nggak pakai mikir aku mau nyemplung di mana.
“Bek, ayo nyari ban pelampung dulu,” aku memelas.
“Ha?? Ogah ah, kaya anak bayi aja. Nyari aja sendiri sono kalo mau.”
“Entar tenggelam.. serem ah.”
“Kagak! Norak amat sih. Lagian nggak ada orang lain di kolam ini selain kita, tenggelam juga paling malu sama ntu prosotan.”
Edu, Dana, Robit udah kaya ikan lele. Item, berkumis, berenang. Sudah pasti mereka nggak mau nemenin aku mencari penjaga kolam buat minta pelampung. Dengan bersumpah serapah kalau aku mati tenggelam akan menghantui mereka, teman-temanku mau menemaniku di kolam 1 M. Dan Edu dengan muka ikhlas tapi terpaksa mau mengajariku berenang.
“Nyelem aja dulu. Satu kaki ditaruh tembok, buat tumpuan, tangan dilurusin disamping telinga,bla,bla,bla....” sudah persis guru balet aja ini bocah.
Ya. Ya. Ya. Mau nggak mau aku nyelem juga. Sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, berkali kali akhirnya agak bisa. Haha. Aku mencoba menyelam lebih jauh. Teman-temanku mulai autis (baca: sibuk dengan dunianya sendiri-sendiri), begitu juga aku. Dengan penuh pesona gaya dan gairah aku menyelam lebih jauh, semakin jauh ke tengah kolam. Tiba-tiba….
BLURPP.. BLLURP.. BLURPP.. HHABRSS.. HHABRSZZ.. BLREPP..
Aku gelagepan. Ada yang menarik kakiku dari dasar kolam. Jelas saja aku tenggelam, nafasku berat, gelagepan mau mati. Dan ketika aku sudah hampir mati, tiba-tiba ada tangan yang menarikku berdiri. Hufh…
“Kak, temenin aku renang dong,” seorang anak kecil perempuan dengan muka pucat sedang mengajakku berbicara. Ini anak datang dari mana ya?? Bukannya dari tadi yang renang cuma aku sama teman-temanku? Penjaga kolam juga nggak mungkin. Kulihat teman-temanku yang sedang asyik dengan dunianya. Satu, dua, tiga, empat. Empat orang pas. Berarti ini bukan rombonganku.
“Kamu siapa??” aku memanggil teman-temanku, “wooyy.. Ada yang bawa adeknya kesini yaa?” Mereka menghampiriku.
“Kak, temenin aku renang dong,” anak ini kira-kira berumur 8 tahun. Dia nggak pakai baju renang. Cuma singlet sama celana kolor pink.
“Ini siapa Ta?” Robit bertanya.
“Meneketehe. Dia hampir aja bikin aku mati. Masa kakiku ditarik-tarik. Gile aje.”
“Kamu siapa sih? Kamu kesini sama siapa? “ Bebek penasaran.
“Kak, temenin aku renang dong,” Ini anak cuma disetting biar ngomong gitu ya? Bikin emosi aja ini bocah.
“Kamu sama siapa dek kesininya?” aku bertanya lagi.
“Sendiri. Temenin aku renang dong,” dia menarik-narik tanganku. Kenapa harus aku sih? Aku kan NGGAK bisa berenang.
“Aku nggak bisa berenang, adek,, berenang sama Dana aja ya,” aku memilih Dana, karena dia dari tadi diam saja. (Emang kalau dari tadi diam kenapa coba?)
“Nggak mau!! Najong ah, aku kan mau renang di 3M. Masa aku bawa bayi ke 3M? Entar kalo kempongnya jatuh kan susah ngambilnya,” Ucapan Dana yang ngelantur nggak sesuai dengan raut mukanya yang serius. Dia meninggalkan kami dan berenang menuju kolam 3M. Anak kecil itu mengikuti Dana! Dia berenang ke kolam 3M! Kepalaku menciut. Dia saja bisa, masa aku nggak. (-_-“)
“Woyy!! Ngapain sih kamu ngikutin aku!?” Dana berteriak pada anak kecil tadi. Dari ujung kolam aku bisa mendengar kalau Dana marah. Kenapa sih Dana gitu banget sama anak perempuan-kecil-pucat-bersinglet-kolor-serba-pink yang nggak berdosa itu??
Anak SKSJ (Singlet Kolor Semuanya Jambon) tadi mendengus, lalu pergi meninggalkan Dana. Aku tidak pernah habis memperhatikan anak itu. Dia tetap stay cool di kolam 3M. Dia berenang dari ujung kolam ke ujung yang satunya. Anehnya, dia selau menghilang di tengah kolam, lalu tiba-tiba muncul di permukaan. Selalu begitu. Kali ini dia berenang menuju kolamku (yang cuma semeter ini). Sama seperti tadi, tiba-tiba dia menghilang di tengah kolam, nggak kelihatan sama sekali. Aku mencari-cari sampai tiba-tiba aku merasa ada yang mencengkeram kakiku dengan kencang. Aku berteriak “TOL—“ BLURPP.. BLLURP.. BLURPP.. HHABRSS.. HHABRSZZ.. Dia menarik kakiku lagi. Aku tenggelam lagi. Aku berusaha sekuat tenaga untuk bertahan.
“PERGII!!” Dana mengusir anak SKSJ tadi sambil menolongku keluar dari kolam. Dia pergi, berenang ke kolam 3M lagi. Kami memutuskan untuk pulang.
“Pak, tadi emang ada anak kecil masuk ya setelah kami?” Bebek bertanya pada penjaga kolam ketika aku dan dia masih menunggu Edu, Robit, dan Dana ganti baju.
“Oh, itu Yanti. Dia itu penunggu kolam renang ini. Dia dulu sering berenang sendirian di sini, sekitar 9 tahun yang lalu dia tenggelam dan meninggal di sini. Sampai sekarang dia masih sering berenang di sini. Dia nggak ganggu kok, cuma minta ditemenin berenang aja. Dia nyari temen kayanya,” bapak itu bercerita dengan sangat santai dan lempengnya. Aku dan Bebek tercekat. Terdiam. Jadi, tadi aku renang sama hantu?? HANTU??
Aku dan Bebek menceritakan hal itu pada Edu, Robit, dan Dana ketika kami sudah sampai di rumahku. Nggak mungkin juga aku tadi cerita di jalan. Aku nggak mau mengambil resiko Robit menabrak ayam lewat kalau mendengar ceritaku.
“Jadi tadi Setan? “ Edu memeluk Robit.
“SETAN?!” Robit memeluk Edu lebih erat. Aku jadi nggak enak melihat dua cowok pelukan mesra gitu.
“Iya… aku sama Tita juga nggak percaya, tapi Bapak penjaga kolam itu ngeyakinin banget ceritanya,” Bebek menyumpratkan mie ayam dari mulutnya.
“Argh! Nggak percaya! Maunya aja dibohongin sama penjaga kolam! Setan itu nggak ada! Aku mau buktiin kalo perlu,” Edu tersedak mendengar Dana bicara seperti itu.
“Nggak usah deh Dan, nggak usah aneh-aneh!” Kami mengangguk-angguk setuju dengan ucapan Edu. Dana diam saja seperti memikirkan sesuatu.

Malam minggu tiba-tiba Dana menelpon rumahku. Suaranya lirih sekali seperti orang sakit. Atau mungkin dia memang sedang sakit. Paling parah dia mencret atau alergi bakpao ayam.
“Ternyata bener, Yanti itu hantu. Kamu jangan kesana lagi ya. Bilang sama yang lain. Sorry ya aku nggak bisa renang lagi sama kalian-“tuut..tuut… telepon terputus. Belum sempat aku memikirkan maksud Dana, HPku berdering. Wew, laku juga aku malam ini. Bebek calling.
“Ya, Neng, ade ape Buk? Kangen ye?” Aku ngakak.
“Ta, tadi pagi Dana renang lagi ke Muncul Gembira sendirian. Dia sempat SMS aku dan bilang kalau ketemu Yanti dengan kostum yang sama persis kaya kemarin. Aku nggak bales soalnya tadi nggak ada pulsa. Barusan aku dikabarin ibunya Dana, katanya Dana meninggal. Dia tenggelam di kolam renang. Penjaga kolam lihat dia seperti ditarik ke dasar kolam. Tapi penjaga kolam nggak cerita soal Yanti ke keluarganya Dana, takutnya mereka nggak percaya,” jantungku berdegup kencang. Aku nggak percaya. Lalu, yang barusan telepon aku siapa?? Aku cuma diam.
“Ta? Ta? Halo? Halo? Ta??? Kamu masih di sana kan? Tita??”



JUDULNYA APA YA?? HIHIHIHIHIIII

Media Sebagai Sarana Promosi Pasar

22 December 2009

Media massa bukan hal yang asing lagi bagi kita. Sekarang ini media massa dapat kita temui dalam berbagai macam bentuk, mulai dari koran, televisi, radio, majalah, dan internet yang mulai merajai media massa. Dalam satu hari kita mendapatkan informasi dari berbagai media, mereka saling berkompetisi untuk menampilkan informasi paling tepat, dengan cepat dan menarik.
Pada jaman pemerintahan Presiden Soeharto, media massa sangat diawasi dan dijaga ketat oleh pemerintah. Pemberitaannya dibatasi dan dilarang keras menguak sisi buruk pemerintahan di Indonesia. Namun sejak era reformasi, keberadaan media massa semakin bebas dan meluas. Bermacam-macam jenis koran dan majalah terbit, makin banyaknya stasiun-stasiun televisi dengan berbagai macam acara dan jam tayang yang lebih lama, keberadaan internet yang semakin luas dan terbatas dapat dijangkau seluruh kalangan, dan masih banyak lagi. Pemberitaan yang dilakukan oleh media massa lebih bebas dalam menguak hal-hal yang lebih mendalam.
Namun yang dapat kita lihat sekarang ini adalah media massa tidak hanya sebagai sumber informasi namun lebih sebagai media yang digunakan untuk ajang berbisnis. Media massa didukung penuh oleh pasar dalam perkembangannya sehingga media massa menjadikan masyarakat sebagai sasaran atau target pasar. Negara Indonesia sebagai negara berkembang dijadikan sasaran empuk Negara-negara maju sebagai target pasar atau konsumen. Apalagi dengan adanya globalisasi, semakin besar pasar yang akan mempengaruhi keberadaan media massa. Pasar membutuhkan media massa sebagai tempat promosi dan media massa membutuhkan dana dari pasar untuk mengembangkan media itu sendiri.
Struktur pasar dan jenis kompetisi media massa mengacu pada karakteristik ekonomi pasar tertentu, termasuk hal-hal seperti tingkat konsentrasi kepemilikan, perbedaan produk-produk yang dijual, jenis hambatan dalam menghadapi pesaing baru, serta tingkat integrasi vertikal dan horisontal. Beberapa tahun belakangan ini pasar di Indonesia sudah mulai menuju ke arah liberal. Barang-barang dari luar negeri secara bebas masuk ke Indonesia, khususnya barang-barang elektronik yang sangat digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Media massa memiliki peran yang besar dalam menyebarkan barang-barang tersebut. Media massa memberikan informasi mengenai barang-barang baru yang ada di pasar, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Misalnya adalah perang tarif antar provider di Indonesia. Setiap harinya di koran, majalah, televisi, kita melihat banyaknya provider-provider telepon selular yang memberikan tariff yang termurah bagi pelanggannya. Bahkan dalam dua acara musik yang berbeda dengan jam tayang yang sama, mereka disponsori oleh dua provider berbeda yang saling bersaing. Acara INBOX di SCTV didukung oleh TELKOMSEL, sedangkan acara DAHSYAT di RCTI disponsori oleh XL. Dalam waktu yang sama setiap harinya mereka bersaing untuk mendapatkan pelanggan. Acara musikpun diselingi dengan ajang promosi. Hal ini menunjukkan betapa perusahaan provider (pasar) mempengaruhi keeksisan acara tersebut (media massa). Selain INBOX dan DAHSYAT, acara HITS di RCTI disponsori oleh IM3, Playlist di SCTV disponsori oleh TELKOMSEL. Acara musik dipilih sebagai tempat promosi karena acara musik ditonton oleh banyak kalangan khususnya remaja, di Indonesia remaja sangat berpotensi sebagai konsumen provider telepon seluler.
Pasar yang semakin menguasai media massa menimbulkan perubahan fungsi dan peran pada media dan masyarakat. Media yang awalnya berperan sebagai sumber daya publik yang melayani masyarakat dan memberikan informasi bagi masyarakat berubah menjadi mediator perusahaan-perusahaan yang menjual produk dan menghasilkan keuntungan bagi pemilik dan pemegang saham. Sedangkan masyarakat yang awalnya menjadi warga Negara yang mempelajari dunia sekitar dan menjadi warga yang aktif, berbelok pada posisi sebagai konsumen yang melihat iklan dari media massa dan membeli produk yang ditawarkan. Masyarakat menjadi konsumtif karena banyaknya media massa yang memberikan tawaran dengan jenis produk yang bermacam-macam. Keberhasilan media massa tidak lagi diukur dengan bagaimana mereka mampu melayani masyarakat dengan baik, namun berapa besar profit yang mereka dapatkan. Mulai tanggal 1 Januari tahun depan, Indonesia akan menerapkan pasar bebas. Barang-barang yang masuk dari luar negeri tidak akan di sortir dan di cek terlebih dahulu. Apakah peran dan fungsi media massa dan masyarakat akan semakin melenceng? Kita lihat saja nanti.